Ketika pesawat mulai menurunkan ketinggian dan lembah Kashmir perlahan terlihat di bawah, hatiku berdegup kencang. Selama ini, aku hanya melihat keindahan Kashmir melalui layar kaca atau lembaran majalah, namun kini, aku akan mengalaminya secara langsung. Pegunungan Himalaya yang berselimut salju tampak megah, seolah-olah menyambut dengan keagungan dan ketenangan.
Begitu menginjakkan kaki di Srinagar, ibukota Kashmir, udara segar yang bercampur dengan aroma pinus langsung menyapa. Danau Dal yang tenang menghampar, memantulkan bayangan gunung yang kokoh di sekelilingnya. Deretan perahu shikara berwarna-warni terapung, siap membawa siapa saja mengarungi permukaan air yang jernih seperti kaca. Aku menaiki salah satunya, menikmati riak air yang perlahan memecah ketenangan danau, membawa diriku menuju sebuah rumah perahu tradisional yang akan menjadi tempat singgah selama beberapa hari ke depan.
Pagi pertama di Srinagar, aku bangun sebelum fajar untuk menyaksikan matahari terbit di Pegunungan Himalaya. Udara pagi yang dingin menusuk tulang, tapi keindahan pemandangan yang tersaji membuat rasa dingin itu tak terasa. Perlahan, sinar matahari mulai muncul dari balik pegunungan, menciptakan semburat warna keemasan yang memukau. Di saat itulah, aku merasakan kedamaian yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sebuah momen yang membuat hati dan jiwa serasa terisi penuh oleh keindahan alam.
Perjalanan kemudian membawaku melintasi pegunungan yang menjulang tinggi. Aku memutuskan untuk menyusuri jalan menuju Gulmarg, sebuah kota kecil yang terkenal dengan padang rumputnya yang hijau dan merupakan salah satu resor ski terbaik di dunia. Jalanan berliku-liku, kadang menyempit di tepi jurang, menghadirkan pemandangan spektakuler yang membentang sejauh mata memandang. Sesekali, kami berhenti untuk sekadar mengabadikan momen atau menikmati segelas chai hangat di kedai sederhana di pinggir jalan.
Setibanya di Gulmarg, aku disambut oleh hamparan padang rumput yang luas dengan latar belakang puncak-puncak gunung yang diselimuti salju. Saat musim semi, bunga-bunga liar bermekaran, menambah keindahan panorama ini. Aku menaiki gondola menuju puncak, dan dari atas sini, dunia tampak begitu kecil. Ketenangan dan keindahan yang luar biasa menyelimuti, membuatku merasa seperti berada di dunia yang berbeda.
Namun, bukan hanya keindahan alam yang membuat perjalanan ini begitu berarti. Penduduk lokal Kashmir menyambut dengan keramahan yang tulus, mata mereka memancarkan kebahagiaan yang sejati meski hidup dalam kesederhanaan. Mereka mengajak masuk ke rumah-rumah mereka yang hangat, menawarkan makanan tradisional seperti rogan josh, seekh kebab, dan secangkir kehwa, teh herbal khas Kashmir yang kaya rempah.
Dalam salah satu percakapan, seorang pria tua yang bijaksana mengatakan kepadaku, “Kashmir bukan hanya tentang keindahan alam, tapi juga tentang bagaimana kita menemukan kedamaian di tengah segala kekacauan hidup.” Kata-kata itu menancap dalam benak, menyadarkanku akan pentingnya menjalani hidup dengan penuh makna dan kedamaian.
Hari-hari berikutnya di Kashmir, aku terus menjelajahi lembah-lembah, sungai-sungai yang jernih, dan desa-desa terpencil yang seakan tersembunyi dari peradaban modern. Setiap tempat yang kutemui memiliki pesona dan cerita tersendiri, seakan-akan Kashmir sedang membisikkan rahasia-rahasianya yang paling dalam kepadaku.
Perjalanan ini bukan sekadar petualangan melintasi pegunungan yang megah, tetapi juga perjalanan menyusuri kedalaman hati dan jiwa. Kashmir telah memberiku pelajaran berharga tentang keindahan, kedamaian, dan keberanian untuk tetap berdiri kokoh di tengah badai kehidupan. Ketika akhirnya aku harus meninggalkan tanah surga ini, aku tahu, sebagian jiwaku akan selalu tertinggal di lembah-lembah hijau, di pegunungan yang berselimut salju, dan di hati penduduk Kashmir yang hangat.
Kashmir bukan hanya destinasi, melainkan sebuah pengalaman yang akan selalu melekat dalam kenangan.