Langit mulai memerah ketika pesawat saya perlahan mendarat di Bandara Internasional Islamabad. Penerbangan panjang dari Jakarta akhirnya membawa saya ke tujuan yang selama ini hanya ada dalam angan-angan: Pakistan. Negara yang seringkali dipandang sebelah mata oleh banyak pelancong dunia. Namun, bagi seorang backpacker sejati seperti saya, Pakistan adalah permata yang belum sepenuhnya digali.

Hari pertama di Islamabad memberikan kejutan yang tak terduga. Kota ini jauh dari kesan kacau yang sering digambarkan media. Sebaliknya, saya menemukan kota yang bersih, modern, dan teratur. Jalanan lebar, taman kota yang hijau, serta keramahan orang-orang lokal membuat saya merasa diterima dengan tangan terbuka. Tak butuh waktu lama bagi saya untuk jatuh cinta dengan atmosfer kota ini.

Setelah memulihkan energi dari penerbangan panjang, keesokan harinya petualangan sesungguhnya dimulai. Destinasi pertama saya adalah Hunza Valley, yang terletak di kawasan utara Pakistan. Sebuah surga tersembunyi yang dikenal dengan pemandangan pegunungan megah, udara segar, dan desa-desa tradisional yang terletak di lereng bukit. Perjalanan menuju Hunza bukanlah yang termudah, namun setiap kilometer yang saya tempuh di atas bus lokal menjadi bagian dari petualangan yang tak terlupakan.

Duduk di bus sempit dengan penduduk lokal yang bersahaja memberi saya perspektif berbeda tentang kehidupan di sini. Mereka tertawa, bercengkerama, dan berbagi makanan dengan saya, membuat perjalanan panjang ini menjadi pengalaman yang hangat. Salah satu pria di bus bahkan memberi saya beberapa saran tentang tempat-tempat yang jarang dikunjungi turis, seperti desa Gulmit yang terkenal dengan ladang aprikotnya.

Setibanya di Hunza, saya disambut dengan pemandangan yang memukau—puncak gunung Rakaposhi yang megah menjulang di kejauhan, dikelilingi lembah hijau yang mempesona. Suhu di sini lebih dingin, tetapi suasana desa yang tenang dan keramahan penduduk lokal membuat hati saya hangat. Saya menyusuri jalan setapak di antara ladang-ladang aprikot, menghirup udara bersih, dan berbincang dengan para petani yang ramah.

Salah satu momen terbaik dalam perjalanan ini adalah ketika saya mengunjungi Benteng Baltit, bangunan kuno yang berusia lebih dari 700 tahun dan menjadi saksi bisu sejarah peradaban di wilayah ini. Dari atas benteng, saya dapat melihat seluruh lembah Hunza dengan sungai yang mengalir tenang di bawahnya. Pemandangan ini membuat saya merenung, bahwa di balik segala ketakutan dan stereotip tentang Pakistan, ada keindahan yang tak terbayangkan.

Hari-hari berikutnya saya habiskan dengan trekking ke Passu Glacier, sebuah gletser indah yang terlihat seperti lukisan alam. Trekking di sini cukup menantang, tetapi keindahan pemandangan di setiap langkah menjadikannya layak. Jalur ini tidak dipenuhi turis, dan seiring perjalanan, saya semakin merasakan kedamaian yang langka dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang backpacker yang berkeliling dengan budget minim, saya cukup terkejut dengan biaya hidup di Pakistan yang relatif terjangkau. Makanan lokal seperti chapli kebab, naan, dan teh chai bisa didapatkan dengan harga yang sangat murah, namun rasa dan keasliannya tidak ternilai. Setiap kali mencicipi masakan lokal, saya merasa semakin terhubung dengan budaya mereka.

Selama di Pakistan, saya juga belajar bahwa negara ini lebih dari sekadar pegunungan yang megah. Budaya yang kaya, tradisi yang dalam, serta keragaman etnisnya membuat Pakistan menjadi tujuan yang tak biasa namun sangat menarik. Para backpacker yang mencari pengalaman otentik dan petualangan sejati pasti akan menemukan Pakistan sebagai harta karun yang belum banyak dijelajahi.

Di akhir perjalanan, saat saya duduk di tepi sungai Gilgit dan menyaksikan matahari terbenam di balik pegunungan, saya merenungi semua yang telah saya alami. Perjalanan pertama saya ke Pakistan mengajarkan bahwa dunia ini penuh dengan kejutan. Tempat-tempat yang sering dianggap berbahaya atau tidak menarik ternyata bisa menawarkan pengalaman yang paling bermakna.

Saya kembali ke Islamabad dengan hati yang penuh dan jiwa yang kaya. Pakistan bukan hanya tentang pemandangan alam yang luar biasa, tetapi juga tentang orang-orangnya, budayanya, dan cara mereka membuat setiap pelancong merasa seperti bagian dari keluarga besar.

Pengalaman backpacker pertama kali saya ke Pakistan bukan hanya petualangan, tetapi sebuah perjalanan yang mengubah cara saya melihat dunia. Dan untuk para pelancong lain di luar sana, saya katakan: Pakistan sedang menunggu untuk ditemukan, dengan segala keajaiban yang tersembunyi di dalamnya.

Temukan pembahasan mengenai destinasi wisata dan rekomendasi kuliner serta info menarik lainnya hanya di WISATA DUNIAKU